Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga dimensi.
Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan
bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan). Seiring dengan
perkembangan seni patung modern, maka karya-karya seni patung menjadi
semakin beragam, baik bentuk maupun bahan dan teknik yang digunakan,
sejalan dengan perkembangan teknologi serta penemuan bahan-bahan baru.
PERKEMBANGAN SENI PATUNG INDONESIA
Berikut 5 patung yang paling kontroversi di Indonesia .
2. Patung Gus Dur
3. Patung Tiga Mojang
4. Patung Inul
5. Patung Tarian Rakyat (Patung ‘Bahenol’ di Pekanbaru)
PERKEMBANGAN SENI PATUNG INDONESIA
Perkembangan seni patung Indonesia memang tak sepesat seni lukis. Namun akankah
seni ini selalu tertinggal ? Nampaknya sekaranglah saatnya untuk 'unjuk gigi'. Semenjak kemunculan seni rupa modern Indonesia pada awal abad 20, seni patung terkesan tidak penting, kurang diperhatikan, dan tidak sepopuler seni lukis. Perannya pun tidak banyak dibicarakan dalam perkembangan seni rupa modern Indonesia, walaupun tak pernah benar-benar surut. Ketika seni kontemporer semakin nyata perkembangannya dalam wacana seni rupa Indonesiapun, posisi seni patung seperti jalan di tempat, tidak giat dan terabaikan. Padahal jika dilihat lebih jeli, seni patung memiliki peran dalam perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia. Buktinya pada tahun 1977 pernah diadakan suatu exibition yang diberi judul Pameran Seni Patung Kontemporer Indonesia. Di sinilah untuk pertama kalinya label kontemporer digunakan sengaja dipakai untuk menghindari penggunaan label ‘patung modern’.
seni ini selalu tertinggal ? Nampaknya sekaranglah saatnya untuk 'unjuk gigi'. Semenjak kemunculan seni rupa modern Indonesia pada awal abad 20, seni patung terkesan tidak penting, kurang diperhatikan, dan tidak sepopuler seni lukis. Perannya pun tidak banyak dibicarakan dalam perkembangan seni rupa modern Indonesia, walaupun tak pernah benar-benar surut. Ketika seni kontemporer semakin nyata perkembangannya dalam wacana seni rupa Indonesiapun, posisi seni patung seperti jalan di tempat, tidak giat dan terabaikan. Padahal jika dilihat lebih jeli, seni patung memiliki peran dalam perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia. Buktinya pada tahun 1977 pernah diadakan suatu exibition yang diberi judul Pameran Seni Patung Kontemporer Indonesia. Di sinilah untuk pertama kalinya label kontemporer digunakan sengaja dipakai untuk menghindari penggunaan label ‘patung modern’.
Ketimbang
menggunakan istilah patung modern atau patung kontemporer itu sendiri
sesungguhnya lebih berpangkal pada keraguan menyatukan patung
formalis berorientasi pada pengolahan asapek bentuk yang dikenal
sebagai patung modern, dengan patung yang memasukkan unsur tradisi.
Pada waktu itu disangsikan, apakah patung-patung yang dipamerkan bisa
dikatagorikan sebagai patung modern. Keraguan ini menimbulkan
perdebatan yang diakhiri dengan kesepakatan digunakannya label patung
kontemporer. Dan bukanlah satu kebetulan, jika pematung G Sidharta
soegijo yang memparakarsai berdirinya Asosiasi Pematung Indonesia
(API) pada 7 juli 2000, adalah seniman yang mempelopori Pameran Seni
Patung Indonesia tahun 1977.
Didirikannya
asosiasi tersebut merupakan tanggapan para pematung terhadap kurang
dinamisnya kehidupan seni patung di Indonesia sekarang ini. “Bila kita
menengok beberapa tahun ke belakang, seni patung seolah olah hanya
diwakili oleh segelintir pematung saja, yang aktif berkarya dan
berpameran. Sepertinya di negeri kita tidak ada pematung lain kecuali
pematung terkenal tersebut. Karena itulah sesuatu harus dilakukan oleh
para pematung. Saya berharap banyak pihak mau peduli dan campur tangan
untuk mencari solusi bermanfaat bagi kemajuan seni patung,” ungkap
Sidharta yang menjabt sebagai Ketua Asosiasi Seni Patung Indonesia.
Keputusan untuk mendirikan asosiasi ini dilandasi oleh kebutuhan
kerjasama antara pematung, dan menciptakan suatu iklim yang baik bagi
pertumbuhan seni patung di tanah air. API pun menyadari, suasan
tersebut tidak dapat diciptakan hanya oleh beberapa orang saja.
Harus
diupayakan bersama-sama oleh sejumlah besar pematung dan didukung
oleh ligkungan masyarakat yang mengapresiasi seni patung. Karena
tentunya, kegiatan berkesenian tidaklah dapat dipisahkan dari
penerimaan masyarakat. Berdirinya API diharapkan akan menumbuhkan
kerjasama antara asosiasi dengan pihak lain untuk meningkatkan
apresiasi di kalangan masyarakat. Selain dengan pihak pemerintah dan
swasta yang menaruh perhatian pada dunia patung, juga dengan para
jurnalis, kolektor, pemilik galeri, kurator, dan masyarakat umum,
Selain itu, jalinan kerjasama dengan asosiasi sejenis yang berada di
mancanegara pun perlu dibina, sehingga ruang lingkupnya menjadi
semakin luas. Wawasan serta informasi tentunya akan bertambah luas
pula. Terlaksananya Pameran Patung 2001 API ynag berskala nasional
kali ini pameran kedua sejak API berdiri diharapkan akan membuat dunia
seni patung Indonesia semakin eksis. Dalam pameran yang berlangsung
di Galeri Nasional, Jakarta, tanggal 20 November sampai 4 Desember
2001 ini akan berkumpul sekitar 77 pematung senior dan yunior
Indonesia dari berbagai daerah. Rasanya tak berlebihan kalau kita
berharap, diadakannya pameran ini akan membuka jalan mulus bagi seni
patung Indonesia. Berikut 5 patung yang paling kontroversi di Indonesia .
1. Patung Obama
Setelah menjadi kontroversi,
patung Obama Kecil yang terpasang di Taman Menteng, Jakarta Pusat,
dipindahkan, Minggu (14/2/2010) malam ke SD 01 Menteng. Gubernur DKI
Jakarta Fauzi Bowo menyetujui aspirasi masyarakat untuk memindahkan
“Barry Dreams Statue” di bekas sekolah Barack Obama secara permanen.
Keberadaan patung Obama kecil
di Taman Menteng menuai protes banyak kalangan karena dinilai tidak
pantas mengingat Obama tidak memiliki jasa pada Indonesia. Banyak
kalangan menganggap masih banyak tokoh negara ini yang lebih pantas.
Patung perunggu dengan tinggi dua meter dirancang seorang seniman patung
Ancol bernama Edi Chaniago. Pembangunan patung ini digagas oleh lembaga
‘Friends of Obama.’
2. Patung Gus Dur
Patung kontroversial’Mata Hati
Gus Dur’ karya Cipto Purnomo menuai kontroversi karena berwujud
perawakan Buddha. Bedanya, kepala Sang Buddha diganti kepala Gus Dur
lengkap dengan kaca mata tebalnya. Patung ini, bersama tiga patung Gus
Dur lainnya ditampilkan dalam gelar seni budaya bertajuk
‘Multisesigusdurisme’ di Studio Mendut di Magelang, pada Jumat, 5
Februari 2010. Menurut Cipto, pembuatan patung kontroversi ini tidak ada
niatan untuk menyinggung umat Buddha.
Menurut Cipto, patung Buddha
yang berwajah Gus Dur tersebut lebih menggambarkan sosok Gus Dur yang
pluralis, bisa diterima masyarakat dan gambaran kebaikan. Cipto tidak
berniat menjual patung “Mata Hati Gus Dur” yang berukuran 100 x 90 meter
itu. Bahkan, patung tersebut sampai saat ini masih terdapat di Studio
Mendut milik Sutanto Mendut.
3. Patung Tiga Mojang
Suasana di perumahan elite
Harapan Indah di Kota Bekasi sangat heroik pada 19 Juni 2010 lalu.
Sekelompok massa mengiringi pembongkaran patung Tiga Mojang seharga Rp
2,5 miliar yang menjadi ikon perumahan itu. Karya seni yang terbuat dari
perunggu itu dirobohkan setelah diprotes keras oleh kalangan ulama dan
masyarakat setempat karena dinilai bersimbol Trinitas. Pendiriannya juga
dituding tidak berizin.
Patung setinggi 19 meter
berbentuk tiga perempuan berpakaian seksi karya seniman Bali, Nyoman
Nuarta, itu berhasil dirobohkan pukul 07.40 WIB setelah aparat dan massa
bekerja keras sejak Sabtu dinihari pukul 03.30 WIB. Di depan patung ada
sebuah prasasti yang menyebutkan patung Tiga Mojang merupakan refleksi
dari keindahan budaya Jawa Barat dan tertulis nama Nyoman Nuarta sebagai
pembuatnya. Setelah ‘dibuang’ di Bekasi, patung pahatan seniman Nyoman
Nuarta itu justru dibeli oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika
4. Patung Inul
Patung Inul Daratista, yang
berada di tengah jalan dekat rumahnya, Jalur Kartika Utama, Pondok
Indah, Jakarta diprotes ormas FPI pada tahun 2007. Patung Inul setinggi
2,5 meter lengkap dengan pondasi kotak serta lampu sorot itu berwarna
emas. Plakat hitam bertuliskan ‘Sumbangan dari Inul Daratista’ tampak
menghias bungkusan patung itu. Inul menyumbangkan patung dirinya untuk
menghiasi jalan yang telah dipenuhi patung lainnya. Akhirnya Patung Inul
dibongkar dan diamankan Ketua RT setempat.
5. Patung Tarian Rakyat (Patung ‘Bahenol’ di Pekanbaru)
Patung penari yang berada
tepat di jantung kota Pekanbaru, Riau, masih menuai kontroversi publik
hingga hari ini. Tepat berada di perlintasan Jalan Sudirman dan jalan
gajah Mada atau tepat berada di depan kantor Gubernur disebut-sebut
patung ini menelan biaya Rp 4 miliar.
Patung yang baru sebulan
nangkring, menampilkan dua sosok pria dan wanita yang tengah menari.
Sang pria mengenakan peci berada di posisi atas. Sedangkan patung wanita
posisi di bawah dengan tubuh yang melentik. Melintiknya badan patung
ini, membuat posisi bokongnya menjadi “bahenol”. Bokong patung yang
terlihat montok itu, mengarah ke Kantor Gubernur Riau. Urusan bokong
“bahenol” membuat patung dinilai erotis. Belahan bokong patung yang
terlihat dengan jelas bagi masyarakat yang melintas di sana, menimbulkan
protes dari berbagai pihak.
Nama patung itu juga menjadi perdebatan. Semula dinamai tugu zapin,
sebuah tarian khas Melayu Riau. Tapi rupanya, tugu zapin yang disebut
ini pun menuai kritikan. Alasannya, tarian zapin tidaklah sama dengan
bentuk patung yang menari itu. Lalu diganti tugu Titik Nol. Tapi
dikritik juga karena posisinya tidak di titik nol Pekanbaru. Lantas nama
tugu berubah menjadi Tarian Rakyat.
Halo Blogger / Admin :)
Saya sangat suka dengan postingan foto-fotonya :)
Perkenalkan, saya Dewi dari tim kumpulbagi. saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi foto-foto,video,menggunakan hosting yang lain dengan tujuan promosi ? :)
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload foto-foto,video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Terima kasih.
Salam.
dewi