Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas
kertas. Kecuali pada teknik Monitype,
prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah
banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal
sebagai 'impression'. lukisan atau drawing,
di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan
diciptakan dari permukaan sebuah bahan , secara teknis disebut dengan matrix. Matrix yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk
woodcut/cukil kayu.
Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini.
Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil,
bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat
menciptakan sebuah edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya
ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut
adalah edisi terbatas.
Fungsi Seni Grafis
- Produksi media informasi dan komunikasi
- Produksi media produksi
- Apresiasi seni dan kreativitas
- Pekerjaan hobi
- Menambah nilai Estetika
Beberapa Jenis Teknik Cetak Tinggi.
1.Teknik Woodcut/ Cukil Kayu
1.1. Sejarah Singkat Perkembangan Teknik Woodcut/ Cukil Kayu/ relief
Cukil kayu / woodcut yang sering disebut juga sebagai xilografi
(xylography), sebagai teknis grafis paling awal, kian lama kian
ditinggalkan meskipun sebenarnya masih cukup bermanfaat bagi beberapa
kebudayaan, mengingat kelebihan-kelebihan yang bermanfaat bagi
perjuangan-perjuangan pada kondisi tertentu.
Teknik cukil kayu ini di China telah digunakan untuk mencetak gambar dan
tulisan sejak abad ke-5. sedangkan di Eropa teknik ini dikembangkan
sekitar tahun 1400an hingga teknik serupa dimassalkan oleh Gutenberg. Di
Jepang cukil kayu yang dikenal sebagai Ukiyo-e, pernah mengalami masa
keemasan di masa periode Edo (1600-1868 Masehi). Cetakan-cetakan
tersebut berupa fiksi yang banyak bersubyekkan dunia Geisha serta
prostitusi yang marak di jaman feodal Jepang saat itu. Cetakan-cetakan
tersebut sangat digandrungi masyarakat klas menengah atas saat itu.
Cetakan-cetakan yang halus dirilis dalam ilustrasi buku ini kemudian
menjadi ikon seni rupa Jepang saat itu, bahkan Ukiyo-e merupakan cikal
bakal bagi perkembangan komik Jepang ang membanjiri toko buku-toko buku
dunia saat ini.
Namun dengan adanya Restorasi Meiji, sebagai respon dari tekanan Komodor
Perry bersama Delegasi Amerika dalam Perjanjian Tanagawa pada tahun
1854 untuk membuka pasar serta peradabannya. Setelahnya, para
interprenur barat telah memboyong tradisi seni Jepang ke dunia barat
tewrutama ke Paris. Setelah kedatangan mereka, produk-produk seni budaya
termasuk tradisi cukil kayu membanjiri dunia barat terutama Paris yang
menjadi pusat kesenian saat itu. para pelukis beraliran Impresionist
maupun post-Impresionis beramai-ramai menggunakan semangat, teknik
ataupun efek teknik Ukiyo-e dalam berkarya. Sedangkan di Jepang sendiri
perkenalan teknik cetak yang lebih efisien untuk industri pencetakan
modern yang diimport dari dunia barat telah meredupkan tradisi Ukiyo-e.
Di Eropa banyak pula pekarya yang menggunakan media ini untuk berkarya
serta mengekspresikan pandangan sosial politiknya. seperti Kathe Kolwitz
yang dengan lihainya menggambarkan pergolakan politik di masa dan
tempatnya berpijak.Sedangkan di Indonesia sebelum dan setelah jatuhnya
Rezim Orde Baru di bawah komando Jendral bintang lima Soeharto cukil
kayu menjamur sebagai alat untuk memotret realita; merespon permasalahan
sosial hingga mengagitasi( merombak) kesadaran masa untuk berontak dan
melawan kezaliman yang digelorakan oleh JAKER (Jaringan Kerja kesenian
Rakyat) termasuk kelompok-kelompok yang ada diorbit mereka seperti
Komunitas Anak-Anak Sanggar Suka Banjir, Solo yang telah mengenal alat
ini seperti yang terlihat disebuah terbitan alternatif Ajang sebelum
keruntuhan rezim di atas. Perlu disebut, Penggunaan media cukil kayu
pernah mencapai masa keemasannya ketika media ini diusung oleh Lembaga
Budaya Kerakyatan Taring Padi yang berbasiskan mahasiswa-mahasiswa ISI
(Institut Seni Indonesia). Karya-karya tinggi estetika yang bertemakan
ajakan melawan sisa-sisa orde baru, tema lingkungan hidup serta tema
kerakyartan lainnya.
Dewasa ini media propaganda cukil kayu semakin ditinggalkan. Tradisi ini
hanya tersisa dibeberapa komunitas marjinal seperti Sanggar Caping,
Nurani Senja, Indie Art, JAKER, serta beberapa komunitas lainnya. Hal
ini disebabkan oleh dua hal yang mendasar. Pertama, sebagai media
berekspresi telah berkembang media-media baru seperti berkembangnya
teknis pencetakan. Pencetakan selebaran, poster maupun media propaganda
lainnya semakin massal, mudah dan murah.Kedua, berkembang pesatnya
komputer grafis mengakibatkan migrasinya sebagian besar pekarya untuk
menggunakan photoshop, Corel Draw dan lain sebagainya sebagai bahasa
visual.
Namun ketika hak paten didengungkan, termasuk software komputer grafis
sepenuhnya berpaten sebagai konsekuensi dari globalisasi, sehingga
berimbas kepada harga yang mahal kalau tidak berhadapan dengan mekanisme
hukum sebagai pembajak, beberapa pihak mencoba kembali menggunakan
kembali seni cukil kayu. Termasuk yang dilakukan oleh Galeri Publik,
institute for Global Justice yang bekerja sama dengan JAKER dan Indie
art. Mereka mengadakan diskusi tentang media ini dan kemudian merancang
serta melaksanakan workshop-workshop cukil kayu di beberapa komunitas
kaum miskin kota dan komunitas buruh dipinggiran Jakarta yang kemudian
dipamerkan. Ternyata sambutan masyarakat begitu antusias, ketika hasil
karya manual dapat diperbanyak secara instan. Tema-temanya pun beragam,
tetapi ternyata banyak dari karya-karya pesaerta workshop yang
kebanyakan pemuda, pekerja seni maupun buruh ini banyak bicara tentang
sistem ekonomi politik yang ada dikaitkan dengan realitas sosial yang
ada. Dari gambaran kekumuhan di bawah jembatan layang, hingga
badan-badan ekonomi dunia yang samar samar mereka pahami sebagai
penyebab krisis ekonomi yang ada. Jelas sudah rakyat awam membutuhkan
media-media alternatif untuk ‘berbicara’ ketika media massa besar
dirasakan kurang menggambarkan permasalahan sesungguhnya di tingkatan
keseharian. Nampaknya gairah itu menyeruak kembali.
(http://revitriyoso.multiply.com/journal/item/16/CUKIL_KAYU_MEDIA_PROPAGANDA)
1.2. Pengertian dan Prosedur Teknik woodcut/ Relief/ Cukil Kayu
Teknik woodcut adalah teknik cetak tinggi yang menggunakan bahan dasar
sebuah papan kayu yang diratakn permukaanya. Jenis kayu dan bentuk kayu
yang digunakan tergantung selera penciptanya sendiri. Adapun urutan
kerja atau proses kerja pembuatan karya grafis dengan teknik ini adalah
sbb:
Pertama, merencanakan desain atau gambar kerja yang merupakan tuangan
ide yang unik lagi artistik pada suatu bidang gambar. Rencana atau
desain ini harus dibuat terlebih dahulu sebab tanpa melalui fase ini
proses pembuatannya nanti akan terhambat atau akan gagal.
Kedua, memilah gambar mana yang akan dijadikan sebagai penghantar tinta dan mana yang bukan.
Ketiga, memindahkan rencana atau desain tersebut ke permukaan atau bidang papan kayu yang akan dicukil atau ditoreh.
Keempat, menoreh atau mencukil bagian yang tidak digunakan untuk
menghantarkan tinta ( bagian negatif) dengan menggunakan pisau cukil(
wood cut). Teknik mencukil ini hendaknya memperhatikan arah serat kayu,
disamping itu kondisi alat cukilnya juga tajam.
Kelima, setelah pekerjaan menoreh atau mencukil diangap selesai, maka
acuan cetak telah terwujud, dengan demikian acuan siap untuk dilumuri
warna atau tinta cetak terlebih dahulu.
Pada prinsipnya setiap acuan atau bagian yang positif akan
dipergunakan dalam proses pencetakan hanya untuk satu warna saja,oleh
karena itu bila menghendaki atau ingin membuat karya yang multi warna
atau poli warna, maka acuan yang dipergunakan untuk menghantarkan warna
harus sesuai dengan jumlah warna yang dikehendaki. Tentunya tanpa
menyiapkan atau merencanakan desain yang lengkap atau rinci alan
mengalami kesulitan dalam mencari ketepatan atau kesempurnaan hasil
cetakannya. Dengan demikian untuk memudahkan dan mencari ketepatan atau
kesempurnaan hasil karya, pertama-tama harus dibuat desain induk yang
telah lengkap dengan warna yang dikehendaki,yang kemudian dibuat
separasi gambar kerja. Sehingga untuk setiap warna ditera terpisah pada
bidang bahan acuan yang berlainan.
Contoh karya grafis seniman anak bangsa yang memakai teknik woodcut
adalah karya AC. Andre Tanama, lahir di Bandung, 28 Januari 1958 lulusan
IKIP Seni Rupa jogja dan ITB Seni Rupa (1979-1986), sekarang Dosen seni
rupa ISI Jogja. Karyanya yang fenomenal adalah “ Hegemoni Teknologi”
Karya ini pertama kali dipamerkan dalam Trienal Seni Grafis Indonesia II
yang diselenggarakan di Bentara Budaya,Yogjakarta, 14-23 September
2006, mendapat pengakuan dari panitia penyelenggara, A.C. Andre Tanama
dinobatkan sebagai jawara.
Secara teknik sebenarnya karya ini menggunakan cukil kayu,namun dalam
finishingnya AC. Andre Tanama menggunakan teknik cetak digital. hal
inilah yang sempat menjadi perbincangan di kancah seniman Grafis terkait
penggunaan media komputer dalam seni grafis.
I.2. Peralatan Cetak Tinggi
Karya cetak tinggi dapat terwujud melaluia beberapa cara yaitu teknik
Woodblock,Hardboard, Linocut, dan Collage. Karena perbedaan teknik
itulah
maka alat yang dipergunakan berbeda pula, alat tersebut antara lain sebagai berikut:
Pisau Cukil
Alat ini dipergunakan untuk mencukil bagian dari kayu yang tidak
dipergunakan untuk menghantarkan tinta. Bentuk ujung pisau cukil
bervariasi,yaiut berbentuk lengkung kecil, dan lengkung sedang,
berbentuk “v” kecil dan “v” besar, beerbentuk datar, dan berbentuk
serong.
Kaca
Alat ini digunakan untuk mengaduk atau tempat mengolah tinta,
Alat Kapi/ Palet
Alat ini digunakan untuk mengaduk atau mencampur tinta di permukaan kaca.
Rol
Alat ini terbuat dari karet dengan pegangan kayu ada pula yang besi. Rol
karet ini berfungsi untuk menghantarkan tinta dari kaca setelah
megalami fase pengolahan, ke kayu yang telah ditoreh dengan pisau cukil.
Hand-Press
Hand-press atau alat tekan adalah alat yang digunakan untuk mencetak acuan kebidang kertas.
I.3. Bahan Cetak Tinggi
Bahan yang digunakan secara umum adalah Tinta,Afduner/Tiner, dan Kertas
manila atau sejenisnya baik berwarna maupun tidak. Sedang bahan secara
Khusus tergantung teknik yang digunakan, teknik Woodblock menggunakan
bahan kayu, teknik Harboard menggunakan bahan Hardboard, teknik Linocut
menggunakan bahan linolium, teknik Collage menggunakan bahan karton atau
bahan lain yang memiliki sifat-sifat seperti karton.
Ragam Seni Grafis
Terdapat Seni grafis yang dibedakan menurut Ragam. Pembagian seni grafis
dilakukan berdasarkan teknik pembuatanya. Bahan dan alat yang
diperlukan dalam berkarya grafis pun sangat beragam, sesuai dengan
teknik yang digunakan.
1.Cetak gigi adalah ragam kaeya seni grafis yang proses pembuatanya
melalui tahapan pembuatan cetakan dari bahan yang dicukil sehingga
permukaan menjadi tinggi dan rendah (relief).
2.Cetak saring (screen printing) adalah ragam karya seni grafis
yang proses pembuatanya melalui tahapan pembuatannya melalui tahapan
pembuatan cetakan dari screen atau kain yang dilapisi bahan peka cahaya.
3.Cetak dalam ( ingtaglio print) adalah ragam seni grafis yang
dibuat dengan cetakan dari bahan plat aluminium yang ditoreh dengan alat
tajam, sehingga terbentuk goresan yang dalam.
4.Cetak foto atau fotografi adalah ragam seni grafis yang proses
pembuatanya melalui pemotretan dengan kamera, pencucian film, dan
pencetakan gambar foto.
|
Hasil cetak intaglio |
|
Hasil Sablon |
|
Hasil seni fotografi |
Hasil Stempel